Simppler – video interviewing best practices kini menjadi pegangan banyak hiring manager untuk menjaga kualitas rekrutmen saat proses seleksi dilakukan jarak jauh atau hybrid.
Rekrutmen yang kuat dimulai sebelum kamera dinyalakan. Hiring manager perlu menyepakati kompetensi inti untuk peran yang dibuka, lalu menerjemahkannya menjadi kriteria yang bisa diamati. Langkah ini mengurangi penilaian berbasis kesan sesaat dan membantu tim fokus pada kebutuhan kerja.
Buat daftar kemampuan teknis, perilaku, dan kolaborasi yang relevan. Selain itu, tetapkan bobot penilaian untuk setiap aspek agar keputusan akhir konsisten. Saat tim memiliki rubric yang sama, diskusi pasca-wawancara berjalan lebih cepat dan terarah.
Masukkan juga pedoman tentang sinyal yang tidak relevan, seperti latar belakang ruangan, kualitas kamera, atau gaya bicara tertentu. video interviewing best practices menekankan pemisahan antara kemampuan kerja dan faktor situasional yang tidak memengaruhi performa.
Masalah teknis sering mengganggu alur tanya jawab. Karena itu, kirim undangan yang jelas berisi platform yang digunakan, durasi, agenda singkat, serta kontak bantuan bila terjadi kendala. Cantumkan juga zona waktu untuk mencegah salah jadwal.
Uji perangkat dan koneksi setidaknya 10–15 menit sebelum sesi dimulai. Pastikan audio terdengar stabil dan pencahayaan cukup. Di sisi lain, hindari meminta kandidat mengunduh aplikasi yang rumit bila versi web tersedia.
Untuk menjaga keadilan, berikan kesempatan yang sama bagi kandidat yang menghadapi kendala jaringan. Misalnya, siapkan opsi dial-in, jadwal ulang yang wajar, atau pengalihan ke wawancara telepon. video interviewing best practices menempatkan pengalaman kandidat sebagai bagian dari citra perusahaan.
Wawancara video paling efektif saat pertanyaan tersusun dan menguji kompetensi yang sama pada setiap kandidat. Gunakan kombinasi pertanyaan perilaku dan studi kasus singkat. Minta contoh spesifik, tindakan yang diambil, dan hasil yang dicapai.
Hindari pertanyaan yang terlalu umum dan memancing jawaban hafalan. Setelah itu, gunakan pertanyaan lanjutan yang terukur, seperti “bagian mana yang paling sulit” atau “metrik apa yang Anda pakai.” Teknik ini membantu menggali kedalaman pengalaman tanpa membuat sesi terasa interogatif.
Jika panel terlibat, tetapkan pembagian peran penanya. Sementara itu, satu orang dapat bertugas menjaga waktu dan memastikan setiap kandidat mendapat porsi pertanyaan yang sebanding. video interviewing best practices mendorong konsistensi agar perbandingan kandidat lebih valid.
Baca Juga: How to conduct virtual interviews effectively
Interaksi video cenderung kaku bila pembuka terlalu formal. Mulailah dengan perkenalan singkat, cek kualitas audio, lalu jelaskan alur wawancara. Cara ini menurunkan ketegangan dan membuat kandidat lebih fokus pada jawaban.
Namun, rapport tidak berarti obrolan panjang yang tidak relevan. Batasi small talk agar tetap adil bagi semua kandidat. Gunakan bahasa tubuh yang ramah, tatap kamera sesekali, dan beri jeda setelah bertanya agar kandidat tidak terpotong karena delay.
Perhatikan bias yang muncul dari faktor visual. Misalnya, aksen, cara menatap, atau kualitas kamera bisa memengaruhi kesan. Karena itu, video interviewing best practices menyarankan penilaian berbasis bukti, bukan “chemistry” semata.
Catatan yang baik memperkuat akuntabilitas. Gunakan template penilaian yang memetakan jawaban kandidat ke kompetensi. Tuliskan contoh konkret, bukan interpretasi seperti “kurang percaya diri.” Dengan begitu, tim bisa meninjau alasan penilaian secara transparan.
Segera lakukan penilaian setelah sesi selesai. Akibatnya, detail penting tidak hilang dan efek recency bias berkurang. Jika wawancara dilakukan beberapa hari, simpan catatan dengan rapi untuk memudahkan perbandingan.
Untuk konsistensi, adakan debrief singkat dengan aturan jelas: mulai dari bukti, lalu skor, baru diskusi. Di sisi lain, hindari mengungkapkan “saya suka orangnya” tanpa dasar. Terapkan video interviewing best practices agar keputusan akhir kuat secara data dan dapat dipertanggungjawabkan.
Rekrutmen digital tetap memerlukan perlindungan data. Jelaskan kepada kandidat apakah sesi direkam dan untuk tujuan apa. Jika perekaman tidak wajib, pertimbangkan untuk tidak merekam demi mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan keterbukaan kandidat.
Pastikan penyimpanan data mengikuti kebijakan internal. Batasi akses hanya pada pihak yang relevan dan tentukan masa retensi. Selain itu, hindari membahas informasi sensitif yang tidak terkait pekerjaan.
Jika kandidat meminta penyesuaian aksesibilitas, responslah cepat dan profesional. Meski begitu, tetap jaga standar evaluasi yang sama. video interviewing best practices membantu hiring manager menyeimbangkan pengalaman kandidat, kepatuhan, dan kebutuhan bisnis.
Akhiri wawancara dengan ringkas: beri ruang pertanyaan kandidat, jelaskan tahapan berikutnya, dan sampaikan perkiraan timeline keputusan. Kandidat menghargai kepastian, sementara tim rekrutmen mendapat ekspektasi yang selaras.
Kirim tindak lanjut singkat bila memungkinkan, terutama untuk peran yang kompetitif. Sertakan kontak untuk pertanyaan administratif dan pastikan komunikasi konsisten antar kandidat.
Untuk referensi internal, simpan catatan dan skor dalam sistem yang rapi. Anda juga bisa menautkan pedoman internal seperti video interviewing best practices agar setiap pewawancara mengacu pada standar yang sama. Pada akhirnya, video interviewing best practices memperkuat kualitas seleksi sekaligus menjaga reputasi perusahaan di mata talenta.
This website uses cookies.